Selasa, 26 November 2013

I Want To Be A Better Muslim


Bismillah...
Allah, bolehkah mengingat lagi masa lalu?  Yaa.. Masa lalu yang hanya di ingat agar tak terulang kejadian yang sama, buruknya.
Tak ada manusia yang sempurna, sedangkan kita begitu sempurna di ciptakan olehNYA, lengkap dengan akal hanya saja nafsu yang membuat kita seolah terjebak dalam jerat kenistaan, Astaghfirullah...
Manusia yang baik, adalah ketika hidupnya terus menerus mengalami peningkatan dalam hal kebaikan,  artinya setiap harinya selalu ada perubahan yang dilakukan dalam hidupnya, bukan hanya berpangku tangan lalu katakan “Inilah aku, apa adanya” . 

Ku sebut ia kenangan, kenangan yang menyenangkan bila mengingatnya namun terkadang menyedihkan jika harus mengulangnya.
Ku sebut ia masa lalu kelabu karena saat ini sudah tak ada lagi awan-awan gelap nan hitam pekat menghalangi pandangan sehingga menimbulkan sekat!
Pelajaran berharga dari seorang anak manusia, ambil hikmah dari setiap skenarioNYA. 

Tak selalu ada pelangi setelah hujan berhenti, namun setidaknya harapan untuk melihatnya itu ada ketika setelah hujan muncul lah sang mentari.
Warna warni pelangi menghias angkasa, merah, kuning, hijau di langit yang biru.
Nyanyian di waktu kecil yang sampai saat ini masih hapal di luar kepala, refleks menyanyikannya secara tiba-tiba, muncul atau tidaknya, mungkin bisa di sebut, nyanyian pelipur lara..
Jadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain, jangan hanya jadikan diri sebagai sumber tuk merepotkan orang lain, Ahh! Alangkah ruginya.

Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengisi waktu-waktu itu dengan hal-hal yang berguna untuk kita dan mereka di masa depan.
Untuk kita dan mereka? Iyaa, Bermanfaat bagi ummat.
Menjadi manusia yang shalih dan shalihat tentunya adalah impian kita, mmm.. bukan sekedar impian, tapi itu memang di haruskan.
Menjadi laki-laki yang shalih, dan menjadi seorang perempuan yang shalihah, itu tak mudah.
Menjadi seseorang yang biasa-biasa saja masih banyak yang merasa tak mampu, tak bisa dan berbagai kata pesimis yang mengikutinya, lantas bagaimana bisa melangkah, bisa berubah, jika kita tak berusaha?
Beras takkan pernah bisa menjadi nasi jika tak melalui proses memasak, bisa kah butir demi butir beras itu menanak dirinya? Itu dongeng sebelum tidur, teman. 


Malas? Itu ungkapan yang tepat jika kita hanya jalan di tempat, Melangkahlah!
Jika kita sudah melalui tahap demi tahap, menyelesaikan satu demi satu, semua akan mudah dilalui.
Yaa, mudah bagi yang mau, tak mudah bagi yang tak pernah yakin akan kemampuan dirinya.
Iri, dengan mereka yang sukses memperbaiki diri
Iri dengan mereka yang berhasil hijrah ke arah yang lebih baik, situasi yang menyenangkan dan berada di zona nyaman.
Lalu kenapa kita melakukan? Hal yang sama yang mereka lakukan?
Haruskah hanya kata iri yang keluar, sedangkan melihat mereka berhasil keluar dari keterpurukannya serta berhasil move up dan kita hanya bisa gigit jari?
Aduuh, itu miris sekali.

Diri ini memang harus di pecut dengan lecutan-lecutan motivasi jika sudah tak ingin berusaha lagi.
Nanti, apa perlunya kata nanti jika masih ada kata saat ini.
Maka, mulai lah!
Sesekali, kita boleh mengenang yang telah lalu.
Sesekali, bukan sengaja menoleh berkali-kali dan kemudian berkaca lagi, dan katakan, aku ingin seperti itu lagi.
Haruskah mengulang kesalahan yang sama? Itu sama artinya dengan jatuh di lubang yang sama padahal kita sudah berkali-kali melewatinya bahkan sudah dengan tegas menngingatkan diri, jangan lagi kau lalui jalan itu, jebakan sudah menunggu, tapi apa daya? Yaa.. kita tertipu, lagi.
Tak ada kata terlambat tuk memulai bagi orang-orang yang mau dan berusaha. 


#NoteToMySelf  ^_^